THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 07 April 2009

GILA!
Oleh : Millah Nurotul Haq

Gila! Ini benar-benar gila, sama sekali tidak masuk akal! Apa sih yang diinginkan Clara, sehingga dia berani melakukan ini semua, ini membuat gue benar-benar malu. Gue malu! Akh..sudahlah tak ada waktu buat mengeluh semuanya sudah terjadi dan jelas-jelas ini membuat gue jadi drop.
Gue sama sekali engga ngerti apa yang sebenarnya yang inginkan si brengsek Clara, setiap hari dia engga puas dengan apa yang dilakukannya terhadap gue, ada-ada saja yang dia perbuat supaya gue jadi pusat perhatian banyak orang. Kali ini engga bisa gue biarin, ini sudah kelewatan batas.
Gue memang termasuk orang yang lemah, yap…gue memang sangat lemah saking lemahnya gue rela tiap hari jadi objek penderita. Gue engga punya pikiran untuk membuat perlawanan terhadap apa yang dia lakukan, karena menurut gue itu engga penting. Gue sekolah bukan nyari musuh tapi gue sekolah itu untuk menuntut ilmu tapi kenyataannya gue ditindas ini sangat kejam! Lebih kejam dari cerita Harry Potter yang dikurung oleh bibinya yang sama sekali tidak menyukainya. Sudahlah kalau gue nyerita terus, permasalahan ini engga akan menyelesaikan keadaan.

Hari ini rasanya gue malas untuk berangkat ke sekolah, bukan karena gue punya masalah di sekolah. Sorry la yaw…engga level. Entah mengapa badan gue rasanya sakit semua. Akh tidak…gue sakit! Engga…engga…ini engga boleh terjadi. Gue engga mau nyusahin Bunda, hari ini gue musti sekolah. Dengan berat hati gue melangkah menjauhi tempat tidur yang empuk dan nyaman itu. Gue mandi lalu siap-siap buat berangkat sekolah. Sarapan yang sama sekali tak membuat gue selera bukan karena menu yang disajikan Bunda tapi rasanya lidah gue menola semua makanan yang seharusnya membuat gue ngiler. Bunda membaca gelagat sikap gue, dengan teraksa deh gue melahap nasi goreng yang sedari tadi diam terpaku di depan gue.

Pusing di kepala gue semakin menjadi-jadi. Pelajaran demi pelajaran hari ini tak satu pun bisa diserap oleh otak gue. Duh.. kenapa sih bisa begini? Engga biasanya gue bisa drop kayak gini. Gue terus memegang kepala gue yang mulai terasa berat. Ah…gila Clara! Kenapa sih dia mesti datang di saat gue lagi tersiksa seperti ini? Oh…Tuhan! Gue engga kuat untuk nerima ini semua. Kali ini saja gue pengen tenang engga ada masalah. Tapi kayaknya keinginan gue engga seratus persen tercapai. Clara menghampiri gue dan menggebrak meja gue. Gue mulai mual bukan karena kedatangan dia tapi karena pusing yang sedari tadi hinggap dikepala gue.
Clara mulai dengan ceramah yang tak tahu apa tujuannya membentak-bentak gue. Hampir seluruh anak-anak kelas memperhatikan gue. Mungkin mereka prihatin, tapi tidak ada satu pun yang berani membela gue, semuanya seperti tersihir dengan mulut manis nona Clara. Semakin lama semakin tidak jelas apa yang dikatakan nenek sihir di depan gue ini, yang terdengar hanya sebuah nama yang membuat Clara membenci gue. Radit! Itulah nama yang selalu disebut dan diulang-ulang dalam setiap kalimatnya. Entahlah gue sama sekali tidak mengerti dengan sikap Clara. Belum puaskah dia membuat gue malu dihadapan semua orang. Belum puaskah dia membuat gue menderita. Selama ini tidak ada satu pun teman yang mau bersahabat dengan gue, itu semua karena ulah Clara. Ya…dia yang suka mencari perkara, dia selalu mengatakan kalau gue orang gila. Gue memang gila, tapi engga gila harta. Clara selalu menceritakan kepada semua orang kalau Bokap gue, GILA!Ok..gue bisa nerima itu semua, tapi pliss jangan cerita kepada semua orang.
Makin lama gue engga tahan dengan ocehan dia. Gue mulai bangkit dari tempat duduk gue, tapi gue engga kuat. Kepala gue makin berat. Gue coba berjalan sedikit tapi Clara menghadang gue. “ Inget ya…lo engga usah cari perhatian Radit!” itu kata-kata yang gue ingat sebelum gue melangkahkan kaki keluar kelas.

Kadang-kadang gue berpikir, kapan gue bisa meninggalkan dunia ini. gue sudah lelah dan engga sanggup dengan penderitaan ini. Hidup di keluarga yang bisa dibilang miskin, diberi wajah yang pas-passan dan punya bokap gila pula. Itu membuat gue engga tahan. Pernah terbesit dalam pikiran gue untuk mencoba bunuh diri tapi gue engga mampu melakukannya karena gue selalu ingat Bunda. Bunda yang sayang sama gue yang dengan susah payah nyari duit buat gue sekolah. Memang gue bodoh, harusnya keinginan buat bunuh diri dikubur dalam-dalam.
“ Boleh gue duduk disini?”
Ada suara berat menghiasi keheningan. Radit! Ya Tuhan… apa lagi yang akan terjadi?
Gue belum jawab pertanyaan dia, tapi dia langsung duduk di samping gue. Terasa hening, tak ada suara. Gue tak tahu mesti berbuat apa. Tiba-tiba saja gue berdiri, kaki gue melangkah mencoba untuk menjauh dari Radit. Mungkin Radit bingung, tapi gue engga peduli, sama sekali engga peduli.

Siang ini jadwal gue mengunjungi bokap. Malas sih, tapi biar gimana pun dia tetap bokap gue yang gue sayangi.
Rumah sakit yang selalu saja bau membuatku tak tahan untuk berlama-lama menikmatinya. Aroma alkhohol yang menusuk hidung membuat gue terasa pusing. Gue tak ingin belama-lama, setelah seorang suster menjelaskan perkembangan bokap gue, gue langsung saja melangkah pergi untuk pulang. Belum sampai depan, gue melihat sosok itu lagi…Radit! Kenapa sih dia selalu menjadi masalah buat gue?
“ Mau pulang? Tadi gue ke rumah lo, kata nyokap lo, lo lagi di sini jadi gue nyusul.” Tanpa disuruh pun dia langsung menjelaskan. Gue tersenyum kecut. Gue tak peduli.
“ Gue anter lo pulang!” tangannya menarik tangan gue. Oh..my God ada apa dengan hati gue ini? gue mencoba menarik tangan gue, terasa sakit memang.
Radit membuka pintu mobilnya, entah mengapa kaki gue tiba-tiba melangkah dan masuk ke dalam mobil dia. Bodoh! Satu kata yang terlontar dalam hati, harusnya gue langsung kabur.
Hening. Suasana ini selalu saja menghiasi. Tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Benar-benar terasa membingungkan.
“ Gue tahu apa yang lo rasakan saat ini! tiba- tiba suaranya muncul dalam keheningan. “ Gue tahu perlakukan Clara terhadap lo! Tapi gue engga bisa membohongi perasaan gue!”
Perasaan apa Radit…gue engga ngerti. Ingin rasanya perjalanan ini berjalan cepat, tapi saat ini entah mengapa terasa begitu lamban.
“ Gue sayang sama lo! Gue suka sama lo! Gue cinta sama lo!
Kaget memang buat hati gue. Happy sih tapi ini engga mungkin, rasanya mimpi. Ya…ini mungkin mimpi.
Mobil berhenti di depan rumah gue. Ada yang menyentuh tangan gue, ini nyata!
“ Gue harap, lo bisa pertimbangkan perasaan gue!”
Gue turun dari mobil. Gue bimbang. Gue bimbang dengan perasaan gue. Ini Gila! Benar-benar GILA!!!!





0 komentar: