THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 07 April 2009

KEMATIAN
Oleh : Millah Nurotul Haq

Kematian. Mungkin bagi sebagian orang kata itu terasa sangat menakutkan. Bagi gue itu biasa, karena dari kecil gue selalu dihadapkan dengan peristiwa yang berhubungan dengan kematian. Gila memang tapi ini nyata. Gue terlahir tanpa orang tua, maksudnya nyokap gue meninggal saat gue terlahir ke dunia ini. ingin rasanya menyalahkan diri gue, tapi tak ada gunanya sama sekali toh itu tak mungkin membuat nyokap gue kembali. Bokap gue juga pergi meninggalkan gue. Dia meninggal saat gue berumur 10 tahun, kata orang-orang bokap gue meninggal karena sakit jantung. Gue jadi terbiasa menghadapi orang yang meninggal, bukan karena air mata gue sudah kering tapi hati gue merasa terbiasa. Begitu pula ketika gue kehilangan sahabat deket gue, Fahmi namanya. Dia meninggal karena kecelakaan, gue sama sekali engga bisa menitikkan air mata sedikit pun.tidak masuk akal memang, tapi begitulah keadaannya gue juga engga ngerti dengan semua ini.

***

Kadang gue berpikir dalam kesendirian, kenapa hidup gue begitu tragis. Coba saja kehidupan gue dijadikan ide cerita untuk sinetron, pasti ratingnya selalu di atas. Lucu. Rutinitas gue pergi kerja untuk biaya hidup kadang membuat gue bosan. Lelah. Gue punya mimpi tapi mimpi itu tak mungkin jadi nyata. Tak ada seorang pun yang mendukung gue untuk menggapai mimpi itu. Rasanya sulit untuk dicapai. Ah…sudahlah biar mimpi itu menjadi hiasan mimpi gue di setiap malam. Saat ini gue kerja di bengkel Pak Harun. Bengkel kecil, tapi inilah tempat yang mau memapung gue untuk bekerja, selebihnya hanya mementingkan ijazah dan pengalaman kerja, tapi gue merasa nyaman kerja di sini. Entah apa yang membuat gue merasa nyaman, kalau jujur sih, gaji di sini engga seberapa, tapi ya…sudahlah tidak usah dipikirkan terlalu jauh.
“ Lagi mikirin apa, Dan?” Rudy teman kerja di bengkel menepuk pundak gue. “ Mikirin duit?” tanyanya lagi.
Gue diam saja, cepat-cepat gue mencuci motor yang sedari tadi berdiri di depan gue.
“ Dan, tadi ada cewek yang nanyain lo! Anak SMA depan bengkel, katanya dia ingin ketemu sama lo!”
Pasti Sanny. Kenapa sih dia selalu menganggu gue. Sanny, cewek yang selama ini selalu ada dalam cerita kehidupan gue. Cantik memang tapi gaya glamournya itu yang membuat gue engga tahan. Uang baginya terasa mudah, apa yang dia inginkan selalu terpenuhi. Entah apa yang dia cari dari gue. Sudah dua bulan ini dia selalu datang ke bengkel ini.
“ Hai!”
Baru saja gue mikirin tentang dia, sudah muncul dihadapan gue. Wangi parfum yang kadang membuat gue merasa tergoda. Parfum malah kali ya? Wanginya sangat lembut. Gue engga munafik, sebagai seorang cowok normal gue memang suka ada seorang cewek cantik ngedeketin gue, tapi gue engga suka dengan cara dia ngedeketin gue. Dia terlalu agresife buat gue.
“ Kok diem aja sih? Sekalian ya mobil gue lo cuci.” Katanya sambil tersenyum ke arah gue.
Gue mengangguk tanda setuju apa yang diinginkan dia.
“ Lo, betah kerja di sini?” tanyanya. Gue engga menjawab pertanyaannya.
“ Bengkel kecil kayak gini, lo masih mau kerja di sini?” tanyanya lagi.
Huh…ingin rasanya gue menyumpal mulutnya tapi gue engga bisa melakukan apa-apa. Gue hanya terus mencuci mobil mewah berwarna merah itu. Dia terus mengoceh tentang apa yang dia lihat atau dia selalu bercerita tentang pesta yang dia kunjungi. Anehnya dia engga merasa bosan dengan sikap gue yang acuh terhadapnya. Sudah terbiasa kali.
“ Sudah selesai!” kata gue sambil beranjak untuk melanjutkn pekerjaan yang lainnya.
“ Tunggu!”
“ Nih…” dia memberikan uang 50 ribu. Gue menolak, karena sehuenya dia membayar bukan gue.
“ Gue ngasih buat lo, anggap aja ini imbalan karena lo mau ngedengerin curhat gue.” Katanya sembari menarik tangan gue dan menyimpan uang itu di telapak tangan gue.
“ Sekali lagi thanks ya!”
Gue hanya terdiam. Dasar cewek aneh.

***

Kali ini gue melihat Sanny menangis. Dia menangis tepat di dahapan gue. Gue engga ngerti kenapa dia bisa menangis, rona kesedihan kini jelas tergambat di raut wajahnya yang putih. Ingin rasanya gue menanyakan apa yang menjadi penyebab dia menangis, tapi gue merasa tak berani untuk melakukannnya, gue takut pertanyaan gue membuatnya tambah sedih. Gue menunggu sampai dia berhenti menangis.
“ Sorry!” kata itu yang pertama terlontar dari mulut manisnya. Dia mengeluarkan tissue dari dalam tasnya.
“ Kenapa?” tiba-tiba saja gue berani untuk berbicara.
“ Sudahlah, ini engga penting buat diceritain.”
Sanny mulai tersenyum. Ada kelegaan dalam hati gue. Rasanya gue mulai merasa suka dengan kehadiran dia yang selalu datang tiba-tiba itu. Hati gue merasa nyaman dan entahlah susah untuk dijelaskan. Gue senang melihat dia tersenyum. Manis. Satu kata yang ada dalam pkiranku saat ini.
“ Makasih ya?” suara lembutnya terdengar di telinga gue.
“ Makasih untuk apa?” Tanya gue engga ngerti.
“ Makasih, lo udah mau nemenin gue nangis,hehehe!”
Gue tersenyum. What? Gue tersenyum, pertama kali ada yang membuat gue tersenyum. Selama ini wajah gue tak pernah sekali pun dihiasi dengan senyuman.
Sanny mulai berceloteh, kali ini gue sama sekali engga mau menyumpal mulutnya. Gue merasa senang, bahkan gue enggan mau hari ini berakhir. Gue ingin ini berlanjut selamanya….

***

Jatuh cinta. Mungkin gue benar-benar jatuh cinta. Gue engga bisa membohongi perasaan ini. Sebagai cowok gue harus berani mengungkapkan perasaan gue. Hari ini gue harus mengatakan semuanya.
Mungkin Tuhan berkehendak lain. Sebelum mengungkapkan perasaan gue, ada tiga orang cowok yang dating ke tempat bengkel gue. Awalnya gue merasa, mereka mau menitipkan motor untuk gue cuci, tapi…bukan itu niat mereka datang, mereka menghajar gue. Gue engga bisa melawan, gue kaget. Gue sama sekali tidak mengenal mereka. Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari gue. Gue sudah setengah tak sadar, yang gue ingat ada seorang cowok menghampiri gue dan menusukkan sesuatu tepat ke arah perut gue. Darah mengalir deras. Gue tak bisa melakukan apa-apa lagi. Ketiga cowok itu pergi meninggalkan gue, gue sendiri. Gue sendiri menhadapi kematian. Gue baru tahu rasanya saat kematian itu datang. Nyeri, dada terasa sesak, denyut nadi perlahan-lahan berhentin. Tuhan…sampaikan padanya bahwa aku mencintainya….SANNY.




















0 komentar: